Pada tgl
5 Februari 2017 saya telah melahirkan bayi laki laki yang kami namakan JN, dilahirkan secara normal subuh. Saya cerita sedikit pengalaman
saya melahirkan anak pertama secara normal. Pertama sejak awal konsultasi dgn
dokter kandungan saya yaitu Dr. Hendrik Juarsa, saya sudah mengutarakan
bahwa saya ingin lahiran normal. Dan keinginan saya ditanggapi dengan baik dan
sangat disupport Dr Hendrik. Dokternya jg pro normal, katanya kalau bisa ya
normal lebih baik. Kuncinya hanya satu, yaitu jangan teriak supaya tenaga buat
ngeden kuat, dan satu lagi tips dari saya adalah pikiran positif yakin bahwa
bisa normal.
Malam
itu di tgl 4 (H-1) jam 11 malam saya merasa ada yang kurang nyaman pada perut.
Sama sekali tidak terpikir sudah masuk waktunya melahirkan, karena belum terasa
sakit, hanya kurang nyaman saja. Makin malam sekitar jam 12 saya baru merasa
mules-mules bolak balik buang air kecil. Saya pikir cuma buang air kecil biasa
dan ini pertama x saya merasa kontraksi palsu. Tapi makin jam 2 malam makin
sakit (seperti sakit datang bulan yang parah), akhirnya saya bilang ke suami
saya buat ke rumah sakit saja. Saya bilang "iseng iseng ke dokter
saja, walau ternyata kontraksi palsu". Ceritanya saya tidak mau
"kecewa" jadi bilang mungkin kontraksi palsu. Saat itu suami lagi
nonton TV, belum tidur juga dia semalaman. Nah berhubung saya diprediksi
lahiran akhir februari jadi saya belum persiapkan tas bersalin. Akhirnya saya instruksi
Albert untuk ambil ini itu, buat jaga-jaga saja seperti daster, pakaian dalam,
pembalut, biskuit (katanya lahiran itu lama tunggunya jadi siapkan cemilan,
wkaka) dan dompet.
Berangkat
dari rumah jam 2 pagi, sebenarnya dari rumah ke RS yang kami pilih untuk
bersalih yakni RS Anak Lombok 22 dekat paling 10-15 menit, cuma ternyata subuh-subuh
banyak pintu di kompleks RS yang tutup jadi muter-muter, sampai RS jam 2.30, di
cek suster sudah pembukaan 6, memang selama di mobil saya merasakan sakit yang
tambah menjadi-jadi. Jadi saya perkirakan pembukaan awal sampai 4 di rumah, dan
5-6 di mobil.
Sekitar
jam 3.30 Dr. Hendrik tiba, pas dicek sudah pembukaan 8, ditunggu sebentar.eh
sudah 10, huaaaa tiba waktunya melahirkan. Dari Hendrik mengingatkan lagi untuk
jangan berteriak supaya tidak buang2 tenaga. Cuma pas dalam kondisi seperti itu
pasti lupa dgn saran dokter dan tips yang sudah banyak dibaca dari artikel
internet. Suami yang mengingatkan untuk jangan berteriak, pas saya mau teriak
(buka mulut) langsung ditutup oleh suami >,<.
Nah
ternyata kalau normal itu ngedennya harus pas kontraksi (pas perut sakit), kontraksi
yang saya alami itu pendek-pendek, jadi sesekali harus break (agak per 1 menit)
sampai dari dokternya minta kursi buat duduk bentar hehehe. Setelah berjuang selama 15
menitan lahirlah anak kami. Cepat sekali saya pikir baru kepala yang keluar,
ternyata sudah keluar semua. Kata suami pas kepala sudah keluar, bayi
langsung ditarik semua dan keluar dengan mulus. Mungkin karena licin. Bayi
kemudian langsung dibawa keluar diikuti suami, dan saya harus dijahit dulu,
ternyata ada sobekan dikit dan sobekan dari dokter juga sedikit. Dijahit agak 5
menit, sakit-sakit sedikit saja.
Esok
harinya saya sudah boleh pulang, tapi kami lebih memilih untuk stay 2 malam, karena kondisi masih tidak enak pada jahitan takut tidak bisa jaga bayi di rumah.
Cerita
sedikit tentang jahitan pada operasi normal, rasa kurang nyaman akan dirasakan 1 minggu,
rasanya sakit saat duduk, jadi bawaannya pingin tiduran / berdiri. Jahitan biasanya kering dalam 1 minggu kata dokter. Cuma pas saya baru kering sempurna setelah 3x kedatangan (kemungkinan kata dokter karena saya mandi pakai air dicampur dettol). Oh ya, akan ada tali yang beredel (lepas sendiri), pas itu saya sedang mandi, sampai agak takut jg ini kenapa ada benang yg beredel, ternyata wajar.
Sekian cerita persalinan anak pertama